Menelisik Strategi Produsen Semen Instan Serbaguna Jangkau Konsumen Umum

0
1958
mortarindonesia.com

Kelebihan pasokan, itulah persoalan yang sedang dihadapi oleh industri semen nasional setahun belakangan ini. Pasokan semen yang mencapai 107 juta ton dianggap melebihi kebutuhan semen nasional yang tumbuh tak lebih dari 76 juta ton di tahun ini.

Belum selesai kelebihan pasokan, industri semen harus kembali menerima tekanan dari melemahnya rupiah terhadap dolar AS dan naiknya harga batubara. Otomatis, kedua hal tersebut membuat beban biaya produksi perusahaan jadi naik. Bahkan, banyaknya proyek infrastruktur yang tengah digalakan pemerintah tak banyak menolong.

Tertekannya produsen semen dapat terlihat dari anjloknya harga saham beberapa emiten sektor semen di akhir Semester 1-2018 ini hingga 50%. Bahkan produsen semen selevel PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) tak berhasil lolos dari penurunan saham.

Bila bicara soal kinerja, untuk Semen Indonesia, di tahun 2017 berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan 6,4% menjadi Rp 27,81 triliun. Namun, kendati demikian laba bersih yang diterima perusahaan justru turun 55,5%, yang sebelumnya Rp 4,52 triliun pada 2016 menjadi Rp 2,01 triliun.

Hal serupa juga dialami oleh Indocement yang membukukan pendapatan Rp 14,4 triliun pada 2017 lalu. Namun, laba bersih yang diterima perseroan turun 51,9%, atau yang pada 2016 memperoleh Rp 3,87 triliun menjadi Rp 1,86 triliun.

Begitupun dengan Holcim Indonesia. Penjualan bersih perseroan di tahun 2017 turun menjadi Rp 9,38 triliun dari Rp 9,45 triliun di tahun 2016. Perusahaan juga mencatat kerugian bersih pada tahun 2017 sebanyak Rp 758 miliar. Angka tersebut meningkat dibanding tahun 2016 sebesar Rp 285 miliar.

Namun, kondisi berbeda justru dialami oleh produsen semen serbaguna atau mortar, yakni PT Cipta Mortar Utama (MU). Perusahaan yang khusus memproduksi semen instan ini justru meraih pertumbuhan penjualan di tahun 2017 sebesar 50%.

Barangkali, kondisi lebih baik dialami oleh produsen semen instan serbaguna dibanding produsen semen konvensional. Pasalnya, ceruk pasar semen instan masih terbuka lebar dan jumlah pemainnya pun masih sedikit dibanding semen konvensional.

Dalam catatan Asosiasi Semen Indonesia (ASI), perusahaan swasta dan asing saat ini telah menguasai 56% industri semen nasional, sedangkan sisanya dipegang oleh dua BUMN semen, yakni Semen Indonesia dan Semen Baturaja.

Namun, kendati demikian produsen semen instan sudah pasti turut terdampak pada tertekannya industri semen nasional saat ini. Apalagi, produsen semen instan juga mengincar pasar semen konvensional untuk beralih.

Baca kelanjutannya di sini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here